Menikmati Keindahan Telaga Warna, Puncak Bogor. Jalan-jalan merupakan satu keharusan bagi setiap insan. Hal ini dibutuhkan agar kita lebih menikmati hidup dan merasakan indahnya karya Tuhan. Ngomongin jalan-jalan, rasanya belum afdol kalau tidak menikmati sapaan lembut dari Puncak, Bogor Jawa Barat. Tempat ini memang udah sangat terkenal dan sering dikunjungi bahkan tidak jarang menjadi tempat favorit artis ibukota menghabiskan waktu liburan.
Perahu di tengah telaga warna
Tidak mau ketinggalan juga ingin menikmati hamparan kebun teh yang ada dengan tataan rapi dan unik. Kebetulan punya kesempatan berkunjung ke Jawa Barat, kami pun menghabiskan waktu untuk mengitari Puncak,Bogor.
Ternyata, ada yang menarik perhatian di sana. Tepat di sebelah kebuh teh terdapat satu telaga warna dan cukup membuat hati tergoda melihatnya. Tanpa pikir panjang, kaki kami terus melangkah menuju telaga ini.
Monyet yang biasa di kasi makan di dekat telaga warna
Pemandangan yang indah dihiasi rindangnya pepohonan. Menariknya, di sini banyak monyet berkeliaran dan ada kebiasaan pengunjung memberi makan mereka dengan kacang kulit. Persediaan makanan sudah ada dan bisa didapatkan kepada ibu-ibu penjual kacang kulit keliling khusus untuk menjamu para pengjung yang hendak bercengkrama langsung dengan para monyet ini.
telaga warna dan hamparan hijau pepohonan
Menariknya, di balik indahnya telaga warna ini ada kisah misterius di dalamnya. Dahulu Telaga Warna adalah patilasan atau peninggalan Kerajaan Kutatanggeuhan yakni sebuah kerajaan yang berpusat di lereng Gunung Lemo, Komplek Gunung Megamendung. Kerajaan Kutatanggeuhan dipimpin oleh seorang raja yang arif dan bijaksana bernama Prabu Suarnalaya dengan permaisurinya bernama Purbamanah.
Namun sayang, sang Raja dan Permaisuri tidak juga dikarunia anak sehingga membuat sang Raja bertapa. Sekian lama bertapa akhirnya ia mendapat petunjung untuk memunggut anak angkat. Beberapa waktu kemudian, sang isteri pun mengandung dan kabar ini disambut dengan suka cita oleh warga kerajaan.
kasi makan monyet
Akhirnya, sang Permasyuri pun melahirkan seorang puteri cantik. Singkat waktu, sang Puteri pun telah menjadi dewasa hingga sang ayah mengadakan pesta tetapi Puteri yang disayanginya tersebut tidak terima dikasi hadiah kalung.
Kenyataan ini membuat pilu sang ibunda sehingga ia menangis. Tiba-tiba di bagian pendopo mengeluarkan air dan kian lama makin membesar dan keluar dengan derasnya. Lalu, kerajaan itu lenyap ditenggelam dan yang ada hanya telaga yang indah dengan balutan pepohonan hijau.
Uniknya lagi, warna telaga ini sering berubah-rubah, kadang berwarna merah, kadang hijau. Perubahan ini pun tidak diketahui sebab nya dan masih menjadi misteri.
perahu dari dekat telaga warna
Asiknya jalan-jalan sambil menggali pengetahuan sejarah. Tidak hanya itu, para pengjung dapat menikmati danau dari atas dengan flying fox dan berfoto langsung jadi serta hasilnya instagramable banget.
Biaya masuk juga terbilang murah, cukup dengan 8.500 (delapan ribu lima ratus rupiah) kita sudah bisa menikmati semuanya.
0 Komentar